Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kenapa Sulit Keluar dari Toxic Relationship? Pacaran Tapi Sakit Hati

Pacaran Tapi Sakit Hati

Kenapa Sulit Keluar dari Toxic Relationship? Pacaran Tapi Sakit Hati

SUKSES OTODIDAK MY ID - Toxic relationship adalah hubungan yang tidak sehat, tidak saling mendukung, dan menyebabkan stres, kesedihan, atau bahkan trauma bagi salah satu atau kedua belah pihak.

Toxic relationship bisa terjadi dalam berbagai bentuk, seperti pasangan yang saling menghina, mengontrol, menyalahgunakan, atau berselingkuh.

Banyak orang yang mungkin bertanya-tanya, kenapa sulit keluar dari toxic relationship?
Apa yang membuat seseorang tetap bertahan dalam hubungan yang jelas-jelas merugikan dirinya? 

Jawabannya tidak sederhana, karena ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi keputusan seseorang untuk tetap atau pergi dari toxic relationship. Berikut adalah beberapa faktor yang umum terjadi:

- Harapan. Seseorang mungkin masih memiliki harapan bahwa pasangannya akan berubah menjadi lebih baik, atau bahwa hubungan mereka akan kembali seperti dulu. 

Harapan ini bisa membuat seseorang mengabaikan tanda-tanda bahaya yang ada, dan terus memberi kesempatan kepada pasangannya. Padahal, harapan semata tidak cukup untuk memperbaiki toxic relationship. 

Dibutuhkan komitmen, usaha, dan bantuan dari kedua belah pihak untuk menjalin hubungan yang sehat dan bahagia.

- Ketergantungan. Seseorang mungkin merasa tergantung kepada pasangannya secara emosional, finansial, atau sosial. Misalnya, seseorang mungkin takut sendirian jika putus dengan pasangannya, atau khawatir kehilangan dukungan keluarga atau teman-teman yang dekat dengan pasangannya. Ketergantungan ini bisa membuat seseorang merasa tidak punya pilihan selain tetap dalam toxic relationship.

- Rasa bersalah. Seseorang mungkin merasa bersalah jika meninggalkan pasangannya, terutama jika pasangannya memiliki masalah seperti depresi, kecanduan, atau penyakit. Seseorang mungkin merasa bertanggung jawab untuk membantu pasangannya, atau merasa tidak tega untuk menyakiti perasaannya. Rasa bersalah ini bisa membuat seseorang mengorbankan kebahagiaan dan kesejahteraan dirinya sendiri demi pasangannya.

- Siklus kekerasan. Seseorang mungkin terjebak dalam siklus kekerasan yang terdiri dari tiga tahap: ketegangan, ledakan, dan bulan madu. Pada tahap ketegangan, seseorang merasakan ketidaknyamanan dan ketakutan akan kemarahan pasangannya. Pada tahap ledakan, seseorang mengalami kekerasan fisik, verbal, atau psikologis dari pasangannya. Pada tahap bulan madu, seseorang mendapatkan permintaan maaf, janji-janji palsu, atau hadiah-hadiah dari pasangannya. Siklus ini bisa membuat seseorang bingung dan sulit membedakan antara cinta dan kekerasan.

Keluar dari toxic relationship bukanlah hal yang mudah, tetapi juga bukan hal yang mustahil. Seseorang perlu menyadari bahwa dirinya berhak mendapatkan hubungan yang sehat dan bahagia, dan bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk mengubah hidupnya. 

Seseorang juga perlu mencari bantuan dari orang-orang yang peduli dan mendukungnya, seperti keluarga, teman-teman, atau profesional kesehatan mental.

Jika Anda merasa terjebak dalam toxic relationship, ingatlah bahwa Anda tidak sendirian, dan bahwa Anda bisa keluar dari situasi tersebut.

Anda bisa menghubungi hotline layanan konseling atau perlindungan perempuan jika Anda membutuhkan bantuan darurat. 

Anda juga bisa membaca artikel-artikel lain di blog ini yang membahas tentang cara mengenali dan mengatasi toxic relationship.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang sedang mengalami toxic relationship. Jangan lupa untuk berbagi artikel ini dengan orang-orang yang Anda sayangi. Terima kasih telah membaca.
Baca Juga